Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan, berbicara infrastruktur TI, mayoritas Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sudah melakukan komputerisasi.

“Sebanyak 94% sudah menggunakan komputerisasi. Namun secara keseluruhan baru sebanyak 75% yang telah menggunakan komputerisasi secara terintegrasi,” kata Analis Eksekutif Senior pada Deputi Komisioner Pengawas Perbankan IV OJK, Roberto Akyuwen dalam acara seminar dan Penganugerahan TOP 100 BPR The Finance di Jakarta, Jumat, 29 Juni 2018.

Menurutnya, managemen risiko teknologi informasi menjadi hal yang sangat penting, mengingat hampir seluruh BPR telah menggunakan sistem komputerisasi.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan, berbicara infrastruktur TI, mayoritas Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sudah melakukan komputerisasi.


“Sebanyak 94% sudah menggunakan komputerisasi. Namun secara keseluruhan baru sebanyak 75% yang telah menggunakan komputerisasi secara terintegrasi,” kata Analis Eksekutif Senior pada Deputi Komisioner Pengawas Perbankan IV OJK, Roberto Akyuwen dalam acara seminar dan Penganugerahan TOP 100 BPR The Finance di Jakarta, Jumat, 29 Juni 2018.

Menurutnya, managemen risiko teknologi informasi menjadi hal yang sangat penting, mengingat hampir seluruh BPR telah menggunakan sistem komputerisasi.

Namun lanjutnya BPR saat ini perlu perlu jembatan untuk mengatasi kelemahan dalam sistem TI, melalui kerjasama pengembangan sistem TI.

Hal itu bisa dilakukan dengan vendor IT, Fintech dan Apex/mitra strategis/lembaga penunjang atau dengan lembaga jasa keuangan lainnya.

“Karena rendahnya daya saing BPR antara lain disebabkan oleh produk yang kurang menarik, keterbatasan fitur pelayanan dan tingginya persaingan dengan lembaga keuangan lainnya,” jelasnya. (*)

sumber : InfoBank